Amal Khair Yasmin

Cinta

Alkisah, dua sejoli putra putrid bangsawan dibakar api cinta. Qais, nama pemuda itu, begitu rupa dimabuk asmara sehingga yang teringat hanya kekasihnya, Laila. Saat mata tak lagi dapat berte,u pandang, Qais terus menyusuri jalan mencari kekasihnya dengan memanggil – manggil namanya. Maka, orang pun menertawakannya dan dan memanggil dia dengan julukan “si gila”, Majnun.

Cinta mereka terbentur oleh adat. Majnun pun kian lupa diri. Anak hartawan ini jadi hidup layaknya pengemis. Tak pernah mandi, kumal, dan terasing dari masyarakatnya hingga hidup terpencil bersama binatang liar. Ia hanya meracau, bergumam syair cinta, dan berbicara pada air sungai dan angin agar menyampaikan cintanya kepada Laila. Sementara sang kekasih pun, di penjara kamarnya, merana didera rindu yang tak berkesudahan; sampai ia bersuami pun jiwanya hanya hidup dengan Majnun.

Singkat cerita, Laila wafat, dan setahun kemudian Majnun pun ditemukan terbujur tanpa nyawa di pusara kekasihnya sehingga mereka dikubur bersebelahan seolah disatukan kembali di alam keabadian.

Konon, masih menurut sahibul hikayat, tak lama setelah itu seorang Sufi bermimpi melihat Majnun berada di sisi – Nya. Tuhan pun membelainya dengan penuh kasih dan berkata, “Majnun, tidakkah kau malu memanggilku dengan nama Laia, setelah engkau reguk anggur cinta-Ku.” Ketika bangun sang Sufi masih diliputi penasaran dengan nasib Laila yang malang itu. Tuhan pun mengilhaminya bahwa Laila lebih agung karena ia menyembunyikan segenap rahasia cintanya di dalam dirinya.

Dalam bahasa Al –Quran, cinta disebut dengan hubb. Kata Al – Qusyairi, penulis Risalah, hub  adalah cinta dan kasih sayang yang palingmurni, sebagaimana orang Arab mengatakan habab al-asnan untuk menunjukan orang yang giginya putih – murni.  Penulis Kasyf Al-mahbub,Al – Hujwiri mengatakan bahwa hub boleh jadi berasal dari habb yang bermakna bening. Hubb bermakna demikian karena ia bersemayam di benih – benih hati, tetap tak tergoyah sebagaimana benih tetap berada di tanah dan menjadi sumber kehidupan meski hujan – badai menerpa dan panas matahari membakar. Hub juga disebut demikian karena kata itu berasal dari hibbah yang berarti benih tetanaman. Cinta disebut hub karena sebagaimana hibbah  adalah benih tanaman, ia adalah benih kehidupan.

Selain kata hub atau mahabbah, kaum Sufi senang mengguknakan kata ‘isyq – yang juga merupakan akar kata “asyik” dalam bahasa Indonesia. ‘isyq berarti cinta yang meluap – luap. Kaum sufi senang menggunakan ini boleh jadi karena ia menunjukan cinta yang lebih mendesak, atau karena pada tingkatanya yang belum mencapai ketenangan, ‘isyq memang adalah persiapan meuju hub atau mahabah.

Kemudian, ada wudd yang meliputi perwujudan konkret rasa cinta itu, seperti jalinan mawaddah suami istri melahirkan kemesraan. Sedangkan rahmah adalah kasih sayang yang mendorong seseorang berbuat baik kepada yang dikasih sayanginya. Seperti kasih ibu yangtanpa pamrih kepada anak – anaknya. Namun, jika rahmah bisa menyatakan kasih sayang – Nya kepada segenap alam semesta. Semua itulah cinta.

Hujwiri meriwayatkan bahwa Allah Yang Mahatinggi mewahyukan kepada Nabi Isa a.s :

Jika Kujenguk hati seseorang dan tak Kudapati cintanya kepada dunia dan akhirat maka Aku penuhi dia dengan cinta – Ku”.

Menurut Imam Al – Ghazali, cinta hanya dapat dilihat dari akibat yang dihasilkannya. Lalu, apa tanda – tanda cinta? Seperti dikatakan kaum ‘ulama’, cinta meruntuhkan kesombongan merupakan sumber kekuatan dan pemusatan perhatian, melembutkan, menghilangkan pamrih, menjadikan orang dermawan, dan penuh pemanfaatan.

Sumber : Buku Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan