Amal Khair Yasmin

Inti Dari Semua Kebijaksanaan

Konon, ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menulis semua kebijaksanaan dunia ini. Mereka segera mengerjakannya dan empat puluh tahun kemudian, mereka telah menghasilkan ribuan buku berisi kebijaksanaan.

Sang Raja yang saat itu telah mencapai usia enam puluh tahun, berkata kepada mereka, “Saya tidak mungkin dapat membaca ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu.”

Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid. Mereka mengira seratus jilid buku itu sudah sedikit karena diperas dari ribuan buku tadi.

“Itu masih terlalu banyak,” kata sang raja. “Saya telah berusia tujuh puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling dasariah.

Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan di dunia ini ke dalam hanya satu buku. Lagi-lagi mereka menduga, Sang Raja pasti senang karena seluruh kisah hikmah tersebut tertuang hanya dalam satu buku.

Tapi pada waktu itu raja sudah sangat tua dan hanya berbaring di tempat tidurnya. Terlihat muka Sang Raja pucat pasi. Ia mendekati hari kematiannya.

Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi kata-kata hikmat penuh kebijakan tadi hingga hanya terdiri dari satu pernyataan. “Manusia hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap bertahan adalah cinta.”

Ya, benar cinta adalah sesuatu yang abadi. Cinta ada sebelum manusia ada. Dan cinta tetap ada setelah manusia tiada. Ini karena cinta adalah perwujudan dari keberadaan Allah. Itulah sebabnya cinta adalah abadi. Cinta adalah keabadian itu sendiri!