Amal Khair Yasmin

Pentingnya Pendidikan Musik Bagi Anak

Beberapa hari lalu, seorang khotib salat Jumat di sebuah masjid di salah satu kota menjelaskan tentang hukumnya musik. Menurut sang khotib, bermain musik, mendengarkan musik, dan berdendang mengiringi musik hukumnya kharam. Tingkat kekharamannya sama dengan zinah. Dengan demikian, ungkap sang khotib, kita umat Islam diharamkan mendengar musik dan memiliki alat-alat musik. Semua itu permainan setan untuk menghancurkan diri kita.

Tentu saja banyak orang terhenyak mendengar khotbah tersebut. Jamaah Jumat sebagian sudah tahu, mazhab mana yang diikuti oleh sang khotib sehingga mengharamkan musik. Bagi sang khotib, musik adalah pengiring setan untuk menggoda hati manusia. Betulkah? Ia rupanya lupa, musik adalah fenomena alam. Musik muncul bersamaan dengan kicau burung, gesekan kayu di hutan musim kemarau, dan lain-lain.

Musik pada hakikatnya netral atau halal. Sama halnya dengan air atau api. Jika orang bisa memanfaatkannya dengan benar, maka ia akan memperoleh keindahannya. Sebaliknya jika tidak bisa memanfaatkannya, maka ia akan memperoleh mudaratnya. Air misalnya. Meski pun halal tapi kalau minumnya berlebihan dan tidak tepat waktunya, bisa membahayakan kesehatan. Begitu juga api. Api bisa untuk memasak. Tapi jika api itu salah kelola sehingga membakar rumah, ia berbahaya.

Mungkin sang khatib ini hanya melihat sisi negatifnya saja. Ia menceritakan bagaimana musik-musik di cafe dan night club tertentu yang mengiringi orang untuk minum khamr, dansa-dansi dengan orang yang bukan muhrimnya, dan lain-lain. Jika itu yang dilihatnya, memang benar. Banyak musik yang nada dan liriknya juga menggoda orang untuk berbuat ma’siyat dan jahat. Tapi itu tak berarti semua jenis musik jahat dan terlarang.

Musik banyak juga yang mendorong orang berbuat baik. Lagu-lagu reliji Bimbo dan Soneta Group, misalnya, banyak menyadarkan orang untuk bertobat dan kembali ke jalan agama yang benar. Musik dan liriknya pun indah, berisi nasihat baik, indah, dan relijius. Di dunia Islam, banyak komunitas sufi yang menjadikan musik sebagai pengiring ritual-ritualnya. Apalagi di gereja. Pujian-pujian kepada Tuhan banyak yang berbentuk nyanyian religi yang diiringi musik. Pendek kata, musik banyak sekali manfaatnya untuk manusia.

Dari beberapa penelitian diketahui, anak-anak kecil yang biasa diperdengarkan musik-musik klasik, perkembangan otak dan ketajaman rasanya sangat bagus. Musik merangsang otak kanan anak untuk tumbuh dengan baik. Dan otak kanan ini berkaitan erat dengan tumbuhnya kreativitas seseorang. Musik klasik mampu menyeimbangkan otak kanan dengan otak kiri atau kecerdasan intelektual dengan emosional . Itulah sebabnya di negara-negara maju pendidikan musik adalah wajib bagi anak-anak TK hingga sekolah menengah. Di Jepang, misalnya, pendidikan musik mendapat perhatian besar dari pemerintah. Anak-anak didorong belajar musik untuk menghaluskan budi pekertinya. Itulah sebabnya, kepandaian bermusik di Jepang sangat dihargai masyarakat. Mungkin itu pula sebabnya orang-orang Jepang terkenal sangat peka dan senang membantu orang lain. Ini bisa dibuktikan, jika anda tersesat di stasiun kereta api di Tokyo – niscaya banyak orang Jepang yang akan membantu anda hingga ‘tempat yang anda tuju’ ditemukan.

Tak hanya itu. Musik juga bisa dijadikan media pembelajaran yang mengasikkan. Dengan iringan musik, proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Musik dapat menyeimbangkan kecerdasan intelektual dan emosional sehingga akan memberikan hasil yang baik bagi siswa. Selain itu musik juga mempengaruhi kondisi fisiologis. Kondisi fisiologis yang relaks akan membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti proses belajar. Relaksasi yang diiringi dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu untuk lebih berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Siswa yang memperoleh pendidikan musik sejak dini, jika dewasa nanti akan menjadi manusia yang memiliki pemikiran logis, cerdas, kreatif, mampu mengambil keputusan serta memiliki empati. sz