Amal Khair Yasmin

Islam Dan Pendidikan Gratis

Pendidikan adalah tanggungjawab kita semua! Dan Islam adalah agama yang sangat peduli dengan pendidikan. Karena hanya dengan pendidikan, manusia bisa saling menghargai sesamanya dan mengenal Tuhannya.

“Ayat pertama yang diterima Nabi Muhammad adalah Iqra. Iqra bismi rabbikallazi khalaq (Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan,” kata  Ibu Khofifah Indar Parawansa di Jakarta, awal Ramadan lalu, saat acara Workshop Pendidikan Gratis yang diselenggarakan Yayasan Amal Khair Yasmin. Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya membaca alam semesta ciptaan Tuhan.

Kita tahu membaca adalah elemen pendidikan paling  utama. Karena itu, pendidikan adalah hak untuk semua manusia, termasuk manusia dhuafa, penyandang disabilitas intelektual, dan cacat-cacat yang lain. “Kita umat Islam merasa bersyukur Yasmin mempunyai kepedulian tinggi terhadap pendidikan. “Pendidikan gratis yang diselenggarakan Yasmin,” ujar Ibu Khofifah, “menjadi contoh kepedulian umat Islam terhadap sumber daya manusia masa depan.”

Tak hanya itu, Yasmin juga mempunyai kepedulian terhadap pendidikan untuk anak-anak autis atau berkebutuhan khusus. “Bagaimana pun, mereka adalah manusia juga yang harus dididik agar mandiri,” ujar Ibu Khofifah. Mendidik anak-anak berkebutuhan khusus memang mahal. Tapi itu harus tetap dilakukan karena mereka juga manusia. “Manusia adalah sebaik-baik makhluk ciptaan Allah,” ungkapnya.

Menurut Ibu Khofifah, umat Islam sebenarnya mempunya dana yang melimpah yang berasal dari zakat. “Potensi zakat umat Islam sangat besar, sekitar Rp 216 Triliun. Sementara peroleh BAZNAS (Badan Amil  Zakat Nasional) hanya Rp 2,6 Triliun. Berarti hanya sekitar 1%-nya yang diperoleh BAZNAS,” papar Ibu Mensos. Bila potensi zakat itu dieksplorasi dengan baik, niscaya cukup untuk membiayai pendidikan gratis.

Di samping dana zakat, tambahnya, masih ada dana-dana internasional yang siap untuk menyelenggarakan pendidikan gratis di Indonesia. Sayangnya, dana tersebut sulit turun karena penyelenggaranya dianggap kurang transparan dalam manajemen keuangannya. “Inilah tantangan kita. Umat Islam jumlahnya 87 persen dari populasi. Tapi kualitas keilmuannya masih rendah, tak sesuai dengan jumlahnya ,” tegas Ibu Khofifah.

Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bapak Anies Baswedan menyatakan bahwa pendidikan berkualitas itu memang mahal. Tapi kerugian akibat ketiadaan pendidikan akan lebih mahal lagi. Karena itu, pemerintah berterima kasih kepada lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pendidikan gratis secara mandiri seperti Yasmin. “Pendidikan gratis seharusnya merupakan kewajiban konstitusional negara,” ujar Bapak Mendikbud.

Tapi karena keuangan negara belum mencukupi, maka tidak semua pendidikan, terutama yang gratis dan berkualitas, bisa tertangani. “Tanggung jawab pendidikan sebetulnya pada negara. Tapi negara kapasitas fiskalnya terbatas,” ungkapnya.

Bapak Anies menggambarkan bagaimana perkembangan pendidikan Indonesia sejak merdeka. Pada zaman merdeka jumlah SMA hanya 92buah, SMP 323, SD 15 ribu. Sekarang kita memiliki 208 ribu institusi pendidikan. Perkembangan yang sangat ekspansif.

Itulah masa depan Indonesia, ungkap Bapak Anies. Coba bayangkan, kata Bapak Anies, anak-anak SD kelas enam, siapa mereka di tahun 2045 – pada peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Saat itu, mereka berusia 42 tahun dan mereka adalah orang-orang yang menggenggam kekuasaan.

Dari sisi inilah kita melihat betapa besar jasa lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pendidikan gratis berkualitas seperti Yasmin. Lembaga ini sedang mempersiapkan masa depan Indonesia yang berkemajuan. Lembaga ini juga sedang menyambung estafet pendidikan. Anak-anak hasil pendidikan gratis berkualitas, jika sukses niscaya akan membantu anak-anak seperti mereka dulu.

Jika lupa, orang tuanya perlu mengingatkan bahwa mereka punya tanggung jawab moral untuk menggandakan apa yang diperolehnya. Jika ini bergulir dampaknya luar biasa pada masa depan Indonesia. Mendikbud juga mengapresiasi cara Yasmin memperoleh dana untuk menyelenggarakan pendidikan gratis dengan berjualan barang-barang bekas berkualitas atau Berbeku. “Saya adalah salah satu pelanggan Barbeku. Barang-barangnya cukup bagus,” ungkapnya.

Melihat pentingnya pendidikan gratis berkualitas, Bapak Anies atas nama Mendkibud berjanji akan membantu penyelenggaran pendidikan tersebut. Pemerintah merasa terbantu dengan adanya pendidikan semacam ini.

Bapak Anies yang menggagas Program Indonesia Mengajar–yaitu pengiriman guru, profesional, dan lain-lain untuk mengajar di daerah terpencil–berjanji akan menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan gratis, termasuk kerjasama dengan program Indonesia Mengajar. Bila ada sinergi di antara penyelenggara pendidikan gratis, niscaya hasilnya akan luar biasa. Bangsa Indonesia akan dapat memetik buahnya dalam waktu tak lama lagi.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Amal Khair Yasmin Bapak Haidar Bagir mengemukakan bahwa lembaga pendidikan yang dibinanya terus berkembang. ‘’Alhamdulillah, sekolah gratis ini diselenggarakan dengan cara mandiri.

Seperti Amal Khair Yasmin, sudah punya bisnis, sehingga dapat membayar guru-gurunya dengan gaji lumayan. Insya Allah, kami mengupayakan kesejahteraan yang cukup untuk guru-guru kami,” ujar Bapak Haidar. Disamping sekolah gratis, kami memilik berbagai sanggar gratis, terapi autis gratis, dan klinik gratis.

“Kami juga  punya klinik untuk melakukan advokasi bagi pasien miskin  sekaligus menjadi semacam asuransi bagi siswa dan orangtua murid yang memerlukan jasa pelayanan kesehatan,” tambahnya. Yang tidak kalah penting, sejauh ini kami telah melakukan training yang cukup serius terhadap 22 ribu guru di seluruh Indonesia.

Disamping itu  setiap tahun kami melakukan pendampingan untuk sekolah-sekolah yang menjadi tempat belajarnya keluarga dhuafa. “Meskipun sangat kecil skalanya, tapi kalau kita memiliki jaringan di seluruh Indonesia, mudah-mudahan dampaknya  akan cukup besar,” ungkapnya. Orang bilang, sedikit demi sedikit akan menjadi bukit! (ss).