Amal Khair Yasmin

Cahaya Perubahan

Lebih dari 15 tahun Yayasan Amal Khair Yasmin bersama para dermawan bersama-sama mengabdi untuk membantu untuk merenda kebaikan masa depan para dhuafa melalui pendidikan gratis berkualitas. Alhamdulilah, kebaikan yang sudah ditebar telah melapangkan jalan anak didik kami menuju kualitas hidup yang lebih baik. Kami ketengahkan Afit Saiful Bahri dan Asih Purnamasari mewakili alumnus sekolah yang dikelola Amal Khair Yasmin. Mereka adalah benderang perubahan bagi keluarga dan masyarakat.

Afit Saiful Bahri (Alumnus SMK Informatika Utama)

Afit Saiful Bahri saat ini bekerja di PT Astra International di bagian Admisitrasi Promosi Marketing. Saat ini ia masih status karyawan kontrak, tetapi jika tidak aral perkiraan Bulan Juli 2014 Afit Saiful Bahri akan menandatangani kontrak baru sebagai karyawan tetap. Afit, demikian ia disapa, masuk SMK Informatika Utama (SMKI Utama) Tahun 2009 dan lulus Tahun 2011.

Pada mulanya Afit tidak begitu minat mendaftar di SMKI Utama meskipun gratis. Hingga ia bertemu dengan Pak Zul, pengajar SMP Utama, yang memberikan informasi tentang SMKI Utama. Ternyata, ajakan Pak Zul mampu menarik minat Afit sehingga ia mau mendaftar. Kebetulan, sejak SMP Afit memang mempunyai minat belajar komputer. Kemudian Afit menjalani tes tulis dan dinyatakan lulus. Setelah itu pihak sekolah mensurvei rumah dan wawancara dengan orangtuanya untuk mencocokkan kesesuaian berkas.

Pada akhirnya Afit diterima sebagai siswa SMKI Utama karena masuk kualifikasi sebagai siswa yang layak mendapatkan pendidikan gratis. Waktu itu semangat belajarnya masih datar saja karena mengira sekolah yang akan dijalani biasa saja, tidak ada kejutan. Namun perkiraannya sirna ketika proses belajar mengajar dimulai. Di SMKI Utama ia begitu senang karena fasilitas belajar cukup lengkap serta guru yang kompeten di bidangnya. “Yang saya suka dari guru di sini mereka mau membaur kalau di luar kelas, jadi terasa akrab,” kata Afit.

Setelah lulus Afit langsung bekerja dan sedikit demi sedikit gajinya ia sisihkan untuk ditabung. Selain membantu perekonomian keluarga, ia punya cita-cita melanjutkan kuliah di bidang komputer. Cita-cita itu kini sedang dijalani, sejak setahun yang lalu ia sudah mulai kuliah. Kini, hari-hari Afit diisi dengan kerja dan kuliah. Ia memilih kuliah malam, jadi selepas kerja langsung menuju kampus dan Afit benar-benar bisa istirahat setelah jam 10 malam ketika sampai di rumah. Padatnya aktifitas ia ikhlas hadapi dengan semangat dan penuh harapan.

Afit merasa bersyukur karena saat ini ia sedang meniti jalan harapan. Dan Afit selalu mengingat nasehat orangtua agar menjaga silaturahmi dengan almamater serta memiliki jiwa yang peka untuk berbagi, baik materi maupun pengetahuan, bagi yang membutuhkan.

Asih Purnamasari (Alumnus SMP Cendekia)

Asih Purnamasari adalah lulusan terbaik SMP Cendekia. Asih merupakan salah satu siswa angkatan pertama SMP Cendekia pada Tahun 2005. Sekolah Cendekia terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Bagi Asih melanjutkan sekolah ke tingkat menengah bukanlah impian, ia hanya ingin masuk pesantren. Kenyataan bahwa anak-anak Babakan hanya mengenyam pendidikan tingkat dasar semakin menguatkan niat Asih. Namun ayahnya, Hasan, punya keinginan anak sulungnya melanjutkan sekolah setinggi-tingginya. Hasan sendiri tidak punya gambaran dengan apa ia akan membiayai Asih. Pekerjaannya sebagai supir angkot hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari, sementara istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga.

Gayungpun bersambut, menjelang kelulusan Asih, SMP Cendekia membuka pendaftaran siswa baru. Sekolah gratis ini semakin menyemangati Hasan membujuk Asih untuk mendaftar. Didorong rasa berbakti dan ajakan teman akhirnya Asih mendaftar. Waktu itu, SMP Cendekia masih mengontrak rumah penduduk. Dan tenaga pengajar rata-rata masih berstatus mahasiswa.

Asih pun akhirnya melanjutkan di SMP Cendekia. Setelah dijalani Asih mulai menikmati belajar di sekolah itu. Ada rasa berbeda dalam setiap pengalaman belajar yang dijalaninya dan perasaan ragu-ragu berganti menjadi semangat belajar. Pada akhirnya Asih dapat menyelesaikan belajar di SMP Cendekia. Kegamangan kembali menyergap ketika keinginan melanjutkan terbentur biaya.

Akan tetapi, setiap ada keinginan selalu ada peluang. Hadi Suryanto, salah satu pengajar, membawa kabar gembira kepada Asih bahwa Sekolah Lazuardi GIS membuka beasiswa bagi calon siswa dari keluarga tidak mampu. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, dengan ditemani Hadi Suryanto Asih segera mendaftar. Setelah melalui tes tertulis akhirnya Asih lolos dan diterima sebagai siswa Lazuardi GIS. Kesempatan besar ini ia syukuri dengan giat belajar. Terbukti selama di Lazuardi GIS peringkatnya tak pernah keluar dari lima besar, bahkan pernah ranking dua di kelas satu dan tiga.

Meskipun berasal dari keluarga sederhana, Asih tak pernah merasa minder bahkan keterbatasan latar belakangnya ia jadikan tantangan. “Mungkin saya dari dulu terbiasa dengan kerja keras maka kerja keras saya di Lazuardi menjadi mudah,” kenang Asih. Kebahagiaan Asih berlanjut ketika lolos sebagai penerima beasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB). Asih yang mengambil Jurusan Farmasi telah menginjak semester enam dan punya cita-cita kembali ke Babakan untuk memajukan kampung halamannya dalam bidang kesehatan. “Doa orangtua yang tak pernah berhenti telah mengantarkan saya pada jenjang pendidikan yang tak pernah berani saya impikan,” tambah Asih penuh haru.