Amal Khair Yasmin

Gerhana Matahari dan Pendidikan Iptek

Sinar benderang matahari tiba-tiba hilang di siang hari Rabu (9/3/016) kemarin karena cahayanya tertutup rembulan. Akibatnya di beberapa daerah di Sulawesi dan Kepulauan Maluku sinar matahari benar-benar lenyap selama 7 sampai 8 menit. Siang hari yang biasanya terang benderang menjadi gelap gulita. Di Palu, Sulawesi Tengah, masyarakat setempat, turis lokal, dan manca negara berkumpul menyaksikan matahari yang “hilang” itu. Tak hanya di Sulawesi dan Maluku, masyarakat di berbagai daerah seperti Pulau Bangka dan Belitung, juga ramai menyaksikan gelapnya matahari itu. Maklumlah, gerhana matahari total ini peristiwa langka. Fenomena mathari yang hitam di siang hari Rabu kemarin itu baru akan muncul lagi tahun 2023. Tujuh tahun lagi.

Anatusiasme anak-anak, pelajar, dan masyarakat dalam menyambut gerhana matahari di Indonesia tahun 2016 ini sangat menggembirakan dibanding hal yang sama tahun 1983. Saat itu, tahun 1983, masyarakat masih dihantui mitos-mitos tentang gerhana matahari total yang konon berbahaya terhadap mata, kesehatan, dan bahkan nasib manusia yang menontonnya. Akibatnya peristiwa gerhana matahari total tahun 2003, sepi. Alih-alih menyaksikan fenomena alam yang langka itu, sebagian besar masyarakat Indonesia masuk rumah, bahkan bersembunyi di lemari, agar tidak melihat gerhana matahari itu. Lucunya, pemerintah Orde Baru saat itu membuat surat edaran agar masyarakat tidak menatap langsung gerhana matahari karena akan menyebabkan kebutaan. Masyarakat diminta agar melihat gerhana matahari itu melalui air di ember yang bertindak sebagai cermin dari gerhana. Pemerintah juga mengimbau masyarakat melihatnya dati tivi saja. Akibatnya sebagian besar masyarakat takut keluar rumah. Padahal gerhana matahari total yang bisa terlihat di Pulau Jawa (Yogyakarta, Semarang, Solo, Kudus, Madiun, Kediri, Surabaya) tersebut saat itu merupakan kejadian langka yang baru akan terulang pada tahun 2100.

Tapi alhamdulillah, pada gerhana matahari total tahun 2016, suasananya sudah berubah. Masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua sangat antusias menyambutnya. Di media sosial pun masyarakat ramai mengomentari gerhana matahari tersebut. Bahkan anak-anak pun aktif menyampaikan pendapatnya.

Tentu saja, ini perkembangan yang menggembirakan dari aspek ilmu pengetahuan. Fenomena gerhana matahari lalu telah membuka mata masyarakat bahwa kejadian alam bisa diramalkan dengan tepat melalui ilmu pengetahuan. Masyarakat tidak lagi terpengaruh mitos-mitos dan dongeng-dongeng yang mengiringi kejadan gerhana itu.

Fenomena gerhana matahari yang cantik itu bisa menjadi sarana pembelajaran anak-anak untuk menyintai ilmu astronomi. Bila anak-anak bertanya kenapa terjadi gerhana matahri, hendaknya orang tua menjelaskannya secara ilmiah. Agar lebih menarik anak-anak penjelasan itu bisa dibarengi dengan foto-foto dan video yang banyak tersebar di internet. Bila anak-anak tertarik, maka tumbuhlah rasa penasaran dalam pikirannya, dan selanjutnya berkembang pula cintanya kepada ilmu astronomi.

Kenapa mencintai ilmu astronomi itu penting? Karena kemajuan ilmu astronomi suatu negara merupakan simbol kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi negeri tersebut. Amerika Serikat terkenal sebagai negeri yang paling maju ipteknya di dunia karena mampu meluncurkan Apollo yang bisa mendarat di bulan, membuat pesawat ruang angka ulang alik, meluncurkan teleskop ruang angkasa Hubble (yang terus menerus mengorbit bumi) untuk memantau bintang gemintang di langit, meluncurkan berbagai macam satelit riset, pemantau planet, dan lain-lain. Semuanya terkait erat dengan elemen-elemen dasar ilmu astronomi. Saat ini proyek astronomi Amerika sedang mencari planet-planet yang bisa didiami manusia. Ini sebagai persiapan seandainya bumi hancur karena perang nuklir, dihantam meteor raksasa, gempa bumi dahsyat, banjir global akibat mencairnya es di kutub, dan lain-lain. Jika itu terjadi manusia bisa pindah ke planet lain yang mempunyai kondisi lingkungan seperti planet bumi.

Dari gambaran itu, astronomi adalah ilmu pengetahuan tentang ruang angkasa yang di dalamnya melibatkan banyak sekali ilmu pendukung seperti matematika, fisika, kimia, elektronika, dan lain-lain. Wernher von Braun, misalnya, adalah astronom Jerman yang berhasil mengembangkan roket peluncur pesawat ruang angkasa. Sedangkan Albet Einstein, seorang matematikawan, yang berhasil menguak ruang angkasa berikut kejadian asal mula alam semesta. Semua itu menggambarkan astronomi mempunyai cakupan dimensi iptek yang luas sekali.

Jadi, jangan khawatir jika putra putri anda jatuh cinta dengan ilmu astronomi dan kemudian menjadi sarjana astronomi tidak mendapat pekerjaan yang baik. Sebaliknya, seorang sarjana astronomi mempunyai bidang pekerjaan yang sangat luas. Bukan hanya menjadi dosen astronomi di ITB, tapi juga pengamat benda-benda langit di observatorium, perancang pesawat luar angkasa, ahli matematika dan aplikasi komputer untuk mendukung industri canggih seperti industri otomotif, industri pesawat terbang, industri roket, industri perbankan, dan lain-lain. Dari gambaran itulah kita mengerti mengapa negara-negara maju sangat antusias mendidik warganya untuk menyintai ilmu astronomi. Salah satunya dengan ramai-ramai mengamati sekaligus menikmati pemandangan spektakuler gerhana matahari. sz