Amal Khair Yasmin

Orangtua Asuh dan Kesebelasan Anak Yatim Piatu

Mengasuh anak dengan jumlah 11 orang bukan perkara mudah. Kisah ini bermula dari keikhlasan hati seorang ibu. Orang-orang sekitar memanggilnya Ibu Nyai, berprofesi sebagai asisten bidan dan membuka tempat praktek di rumahnya. Sudah puluhan ibu dan bayi yang sudah ia bantu dalam proses persalinan dengan latar belakang yang berbeda-beda. 

Ada kisah pasien yang berasal dari keluarga secara finansial tak mampu menghidupi dan membiayai anak-anak mereka. Ditambah lagi dengan menjadi tulang punggung bagi anak-anak karena sudah tak bersuami (baca: baru meninggal dunia). 

Setelah proses persalinan selesai, mirisnya ada saja orangtua yang meninggalkan/menitipkan bayi mereka kepada bidan tersebut. Alasannya pun berbagai macam: dari kesulitan ekonomi dan kekhawatiran tidak mampu menafkahi. 

Dengan jiwa ikhlas dan Lillahita’Ala bidan itu pun bersedia menjadi orangtua asuh mereka. Tentu dengan syarat, orangtua tersebut sering-sering berkunjung. Tetapi, yang terjadi setelah bayi dititipkan mereka tak pernah lagi berkunjung. Bahkan anak-anak berwajah polos itu tak mengenal dan melihat sosok orangtua mereka seperti apa. 

Miris dan tragis rasanya ketika orangtua kandung masih hidup, namun anak-anak mereka dititipkan. Sehingga anak-anak yang tak berdosa itu kehilangan sumber kasih sayang yang semestinya harus mereka rasakan. 

Seperti kisah salah satu anak asuhan. Panggil namanya Aqillah. Balita berusia 2 tahun ini merupakan anak paling kecil diantara yang lainnya. Sejak lahir Aqillah ditelantarkan hingga saat ini tidak diketahui dimana keberadaan orantuanya. 

Kisahnya pun sama dengan Muhammad Cikang. Cikang termasuk anak yang aktif dan komunikatif. Sehingga ia disayangi oleh saudara senasibnya yang lain. Ia juga ditinggalkan oleh orangtuanya sejak kecil. Kini Ia berusia 4 tahun dan sebentar lagi akan memasuki sekolah PAUD/TK. 

Yang lainnya adalah Aikal, usianya 2 tahun dengan kelainan di kaki yang menjadikan dia sulit berjalan normal. Saat ini, Aikal sedang didampingi untuk berobat agar dapat berjalan normal kembali.

Semenjak Ibu Nyai meninggal dunia, yang berperan menjadi orang tua asuh kesebelas anak tersebut adalah menantunya, Ibu Dwi Ratnasari. Ibu Dwi Ratnasari menjadi penerus orangtua asuh. Ia hanya seorang Ibu Rumah Tangga yang tak mempunyai penghasilan, sedangkan suaminya pun tidak mempunyai pekerjaan tetap. 

Pernah sewaktu-waktu kebutuhan keluarga mendesak dan tak mempunyai uang. Ibu Dwi terpaksa menjual barang-barang elektronik dan uangnya untuk beli kebutuhan sehari-hari. 

Kini, Ibu Dwi dan suami merasa tidak sanggup untuk membiayai pendidikan dan kebutuhan sehari-hari. Sehingga mereka menyerahkan kesebelas anak tersebut kepada Yayasan Amal Khair Yasmin untuk ditanggung segala keperluan biaya hidup dan pendidikan mereka. 

Amal Khair Yasmin juga mengajak masyarakat untuk berpartisipasi menjadi orangtua asuh. Dengan menjadi orangtua asuh, diharapkan dapat membantu anak-anak agar tidak putus asa dan mendapatkan tempat tinggal yang layak. 

Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda: “Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta merenggangkan keduanya.” 

Mari menjadi orangtua asuh agar dapat mengurangi beban Ibu Dwi dengan beramal Rp. 250.000,-/bln untuk per anak ke nomor rekening a.n Yayasan Amal Khair Yasmin Bank Mandiri 101.00.0575567.1 atau BCA 267.301.6006. 

Atau bisa langsung datang ke kantor Graha Mitra Dhuafa beralamat di Jalan Purnawarman Blok A No 37 Bukit Cirendeu, Pondok Cabe, Ciputat, Tangerang Selatan. 

Informasi lengkapnya bisa menghubungi Telp. 021-7490932 atau via HP/WhatsApp 0813-8578-6524 (Ade)