Sekolah yang Mampu Mengangkat Harkat dan Martabat
Kaum Termarjinalkan
Harapan setiap orang tua ingin memiliki buah hati yang sehat, cerdas, dan bisa tumbuh kembang dengan baik secara fisik, mental, dan spiritual. Akan tetapi dalam beberapa kasus dapat kita lihat kehadiran anak-anak yang mengalami keterbatasan baik fisik, emosi, dan mental. Kita dapat menyaksikan adanya anak anak yang terlahir dengan memiliki keterbatasan fisik seperti tunanetra, tunadaksa, tunarungu, dan lain-lain. Maupun bersifat psikologis seperti autisme, ADHD, ADD, dan lain-lain. Dan masih banyak anak-anak yang terlahir memiliki keterbatasan lainnya. Kita mengenal sebuah istilah untuk mereka dengan sebutan anak berkebutuhan khusus ( ABK ).
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia 2013, menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah:“Anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya”.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (Heward, 2002) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang mengalamai kesulitan (problem) di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak.
Kehadiran anak-anak yang mengalami kondisi seperti ini masih banyak yang belum tersentuh dan mendapat penangan yang baik dalam hal tumbuh kembangnya baik di lingkungan masyarakat maupun dunia pendidikan. Bahkan lebih parahnya, sebagian dari mereka diperlakukan secara tidak manusiawi dari pihak keluarga ataupun lingkunganya. Misalnya, masih kita temukan ejekan dengan kata ‘gila’ sering di lontarkan bagi anak yang menderita Autisme atau idiot bagi anak yang slow learner. Bahkan masih ada yang beranggapan kehadiran mereka dianggap sebagai aib bagi keluarga dan diperlakukan tidak manusiawi seperti dipasung dengan cara dirantai dan mereka tempatkan di ruangan tertentu seperti penjara, atau keberadaan mereka sengaja disembunyikan oleh keluarganya atau dibiarkan untuk tinggal di rumah saja dan tidak disekolahkan akhirnya mereka menjadi terasing dan semakin terpuruk karena tidak mendapatkan pembinaan yang baik. Kejadian ini sering terjadi di suatu lingkungan yang masih belum memiliki pemahaman yang benar tentang apa itu anak anak special need atau anak-anak berkebutuhan khusus sehingga mereka Anak Berkebutuhan Khusus diperlakukan atau ditangani dengan cara yang keliru.
Permasalahan lain yang masih menjadi persoalan dan menjadi pekerjaan rumah yang serius bagi pemerintah maupun swasta dalam penangan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah bagaimana agar mereka bisa mendapatkan pelayanan pendidikan secara layak, lebih merata dan lebih manusiawi. Masih banyak ABK yang belum mengenyam Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini dikarena masih terbatasnya ketersedian sarana dan pra sarana buat ABK, masih mahalnya Pendidikan buat ABK, masih sedikitnya layanan Pendidikan buat ABK, dan masih banyak lagi persoalan-persoalan lain terkait dengan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) tersebut.
Anak berkebutuhan khusus sebenarnya tidak selemah yang dibayangkan, dibalik kekurangan dan permaslahan yang dihadapinya, setiap anak berkebutuhan khusus pasti memiliki potensi yang sangat luar biasa, hanya saja saat ini mungkin belum terlihat dan belum optimal. Buktinya, banyak anak yang berkebutuhan khusus banyak yang berprestasi, misalnya yang tunanetra dapat bermain piano, bernyanyi dengan baik, melukis dengan sangat indah. Bahkan kita bisa mendapatkan anak-anak yang mengalami autisme di Indonesia bisa berprestasi yang luar biasa seperti berikut :
Thomas Andika, Ia mampu meraih kesuksesan lewat kerajinan origami. Berkat tekad yang begitu kuat, dalam hitungan jam saja Thomas mampu menghasilkan puluhan origami dengan tingkat kesulitan yang beragam.
Selain Thomas, adapula Oscar Yura Dompas merupakan penyandang autis yang memiliki prestasi. Meski hidup sebagai seorang penyandang autisme, Oscar mampu menyelesaikan kuliah S-1 di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Tak hanya itu, Oscar bahkan berhasil meraih rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) karena telah menjadi seorang sarjana dan juga menjadi seorang penulis buku “Autistic Journey dan The Life Of the Autistic Kid Who Never Give Up” yang juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berjudul “Menaklukkan Autis.” Luar biasa!
Tentu saja mereka tidak akan bisa jadi seperti itu tanpa mendapatkan pelayanan Pendidikan yang baik dan mendapatkan dukungan yang luar biasa dari keluarga dan lingkungannya. Orang tua atau keluarga dan lingkungan hanya butuh pemahaman dan waktu ekstra untuk bisa lebih merangkulnya lagi agar mereka bisa mengoptimalkan potensinya dan mereka mampu berinteraksi dengan lebih baik serta mampu mandiri. Namun yang paling utama adalah orang tua maupun keluarga dari anak ABK harus paham dan menerima keadaan si anak tersebut. Sehingga mereka bisa bertumbuh kembang dengan baik.
Kehadiran Yayasan Amal Khair Yasmin sebagai sebuah Lembaga Social Enterprise yang salah satu programnya menyelenggakan pendidikan formal dan non formal yang berorientasi pada pendidikan berkualitas yang diberikan secara gratis bagi yatim dan dhuafa. Salah satu program Yayasan Yasmin sebagai bentuk kepedulian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus adalah menyelenggarakan Pusat Terapi Autis Yasmin, setiap hari anak-anak dari keluarga yang yatim dan tidak mampu yang mengalami keterbatasan dan masalah dari berbagai jenis gejala seperti autism, ADHD, ADD dan lain-lain mendapatkan pendidikan dan pelatihan di lembaga tersebut. Meraka datang untuk mendapatkan terapi dari para guru atau terapis berpengalaman. Alhamdulillah, Pusat Terapi Autis Yasmin telah melatih dan mendidik puluhan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) secara gratis dan tidak dipungut biaya se-peserpun. Semua ini dilakukan sebagi bentuk pengabdian kepada umat dalam rangka Mengangkat Harkat dan Martabat Mereka yang Termarjinalkan di Lingkungannya. (Nana Sujana)