Mulai tahun Juli 2016, warga miskin Jakarta bisa tersenyum. Pasalnya, Pemda DKI Jakarta akan memberikan bea siswa penuh kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN) untuk penduduk DKI, khususnya warga miskin. Gubernur Basuki Tjahaja Purnama berjanji, realisasi beasiswa pendidikan tinggi gratis ini akan dimulai awal ajaran baru Juli tahun 2016. Ini gagasan luar biasa, meski harusnya sebuah keniscayaan yang berlaku di seluruh Indonesia. Dengan adanya beasiswa ini, dampaknya akan luar biasa. Warga miskin Jakarta punya harapan untuk melanjutkan kuliah sesuai cita-citanya tanpa kendala biaya. Harapan yang membuncah untuk terus belajar setingi-tingginya itu, akan memacu anak-anak keluarga miskin belajar lebih serius agar bisa diterima di PTN dan kuliah gratis. Dampak lanjutannya, kenakalan remaja akan berkurang dan persaingan untuk memperoleh hasil ujian yang bagus akan makin semarak. Hal ini akan menjadikan Jakarta yang selama ini dikenal sebagai “kota tawuran” menjadi “kota belajar”.
Sekolah gratis dari SD sampai perguruan tinggi yang segera diterapkan Pemda DKI ini sebetulnya merupakan amanat UUD 45. Sebelumnya, Pemda Sumatera Selatan juga telah melakukan hal yang sama – menggratiskan warganya menempuh pendidikan hingga sarjana – sejak tahun 2015 lalu. Gubernur Sumsel Alex Noerdin menyatakan Pemda sadar bahwa hanya dengan meningkatkan pendidikan warganya daerah akan maju. Ini karena kemajuan suatu daerah tergantung dari sumber daya manusia (SDM) daerahnya.
Di Indonesia tampaknya baru dua provinsi ini yang melaksanakan amanat UUD 45 – memberikan pendidikan gratis kepada warganya. Kita berharap semua daerah akan mengikuti jejak Pemda DKI Jakarta dan Sumsel tersebut.
Berita menggembirakan selanjutnya, mulai tahun ajaran 2016-2017, Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran, Bandung menggratiskan biaya kuliah sampai selesai menjadi dokter. Ini pun luar biasa, meski pada tahun 1930-1940-an, Universitas Indonesia yang masih dikelola Belanda, juga menggratiskan kuliah di Fakultas Kedokteran. Penjajah Belanda waktu itu membutuhkan banyak dokter untuk menanggulangi berbagai penyakit yang merebak di daerah-daerah. Unpad juga menggratiskan biaya kuliah calon dokter karena sampai sekarang di desa-desa terpencil di Jawa Barat masih kekurangan dokter. Dokter yang kuliahnya gratis ini nantinya diwajibkan mengabdi di daerah terpencil untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Penerapan ide cemerlang Pemda DKI, Pemda Sumsel, dan Unpad ini cepat atau lambat akan membuka mata Pemda dan perguruan tinggi di Indonesia. Efek domino kebijakan Pemda Sumsel dan Pemda DKI niscaya akan sangat mempengaruhi masa depan Indonesia. Bayangkan, jika semua orang Indonesia, kaya maupun miskin mempunyai kesempatan yang sama untuk kuliah di perguruan tinggi, niscaya kualitas SDM Indonesia akan meningkat tajam, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kondisi seperti itu juga harus mendapat perhatian pemerintah, terutama dalam memeratakan pembangunan di seluruh nusantara.
Indonesia adalah negeri yang mempunyai 1001 macam keunikan, baik secara sosial, ekonomi, maupun budaya. Keunikan-keunikan itu harus dikembangkan sehingga saling mengisi dan terintegrasi menjadi Indonesia yang maju dan beradab. Semua itu bisa tercapai hanya jika Indonesia mempunyai SDM yang maju dan berkualitas. Pendidikan gratis sampai perguruan tinggi adalah infrastruktur yang memberikan jalan untuk menyediakan kebutuhan SDM berkualitas tersebut.
Saat ini kesenjangan pembangunan pendidikan dan infrastruktur antara Pulau Jawa dan luar Jawa sangat terasa. Akibatnya, konsentrasi ekonomi dan SDM berkualitas berada di Jawa. Begitu juga konsentrasi penduduk. Program transmigrasi untuk mengurangi kepadatan penduduk di Jawa tidak berhasil karena jumlah orang masuk ke Jawa lebih besar dari orang yang keluar Jawa (transmigran). Tapi jika pendidikan gratis ini dilakukan oleh seluruh Pemda, niscaya “migrasi penduduk” akan dinamis dan transmigrasi akan berjalan sendirinya. Pembangunan industri, penyebaran ekonomi, dan penyelenggaraan pendidikan berkualitas akan berlangsung secara otomatis di seluruh nusantara karena infrastrukturnya sudah tersedia.
Perguruan tinggi dengan konsentrasi perikanan (pengolahan ikan, budidaya ikan, penangkapan ikan, industri perikanan, industri galangan kapal ikan, pariwisata bahari, dll) misalnya, akan berkembang di Kepulauan Maluku karena memang di sanalah “tempat ikan” terbanyak di Indonesia. Perguruan tinggi dengan konsentrasi teknologi permesinan, misalnya, akan berkembang di Jawa Barat karena memang di sanalah tempat banyak industri manufaktur, otomotif, dan lain-lain. Pendeknya, tiap-tiap Pemda mempunyai keunikan dalam memajukan daerahnya sesuai potensi wilayahnya. Dan semuanya maju. Makmur. Sejahtera. Itulah Indonesia masa depan berkat kemajuan pendidikannya. ss