Amal Khair Yasmin

Riset: Anak yang Dibatasi Main Medsos Ternyata Lebih Pintar dan Bermental Sehat

Sebuah penelitian menyimpulkan, pembatasan akses media sosial atau medsos untuk anak di bawah 16 tahun mengurangi gejala depresi dan kecemasan hingga 22 persen. Pemerintah RI baru saja mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Tata Kelola Penyelenggara Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak atau yang dikenal sebagai PP Tunas.

Kebijakan ini dirancang untuk melindungi anak-anak di ruang digital melalui beberapa langkah, seperti pembatasan penggunaan media sosial (medsos), klasifikasi risiko platform digital, serta kewajiban edukasi literasi digital bagi anak dan orang tua.

Dan berdasarkan penelitian, dampak pembatasan medsos bagi anak-anak—sebagaimana diatur dalam PP Tunas—ternyata menghasilkan beragam manfaat signifikan.

Menurut temuan ECPAT Indonesia, pada 2025, anak-anak saat ini sudah terpapar teknologi digital sejak usia dini, terutama medsos—yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Meski bermanfaat, platform ini sekaligus menjadi pintu masuk bagi berbagai risiko, seperti grooming online, paparan konten negatif, dan perundungan daring.

Berikut ini berbagai manfaat yang bisa didapat dari pembatasan akses medsos terhadap anak, dirangkum dari berbagai sumber:

1. Mengurangi Gejala Depresi

Berdasarkan studi University of Bristol pada tahun 2023, yang dilakukan terhadap 10.000 remaja di Inggris, ditemukan kesimpulan bahwa pembatasan akses media sosial pada anak di bawah 16 tahun mengurangi gejala depresi dan kecemasan sebesar 22 persen.

Sebab, menurut penelitian itu, paparan berlebihan terhadap konten negatif dan tekanan sosial di platform digital berkontribusi besar pada masalah kesehatan mental remaja.

Studi tersebut melibatkan hampir 10.000 anak-anak usia 13 hingga 16 tahun di Inggris.

Penelitian dilakukan dengan mewawancarai para remaja sekali dalam setahun dalam rentang waktu tahun 2013 hingga 2015. Para responden melaporkan frekuensi mereka memeriksa atau menggunakan mediasos, seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, Twitter, dan Snapchat.

Sementara itu, riset yang terbit di Journal of American Medical Association (JAMA) ini menunjukkan bahwa remaja menggunakan medsos lebih dari 3 jam per hari dan berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental.

Salah satunya berupa penguatan intermiten, yang menciptakan gagasan bahwa pengguna bisa mendapat hadiah kapanpun.

2. Meningkatkan Interaksi Sosial Langsung

Dalam Journal of Child Psychology, 2022, dijelaskan bahwa, berdasarkan penelitian di Prancis, anak-anak yang dibatasi penggunaan media sosial lebih banyak terlibat dalam aktivitas fisik dan interaksi tatap muka, yang berdampak positif pada perkembangan sosial-emosional mereka.

3. Mengurangi Kecanduan Digital

Berdarkan riset yang dipublilasikan di American Psychological Association pada 2021, kebijakan pembatasan waktu layar di beberapa negara bagian AS terbukti menurunkan gejala kecanduan internet pada anak-anak usia 12-15 tahun sebesar 15-20 persen dalam kurun dua tahun.

Medsos juga berpengaruh mengurangi kualitas tidur dan aktivitas fisik para remaja perempuan dan kecenderungan memaparkan hal-hal yang mengarah ke perundungan. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terganggunya kesehatan mental pengguna.

Strategi Pembatasan Medsos Anak Menurut Dosen Klinis

Di bagian lain, pakar menilai medsos tidak bisa disalahkan sebagai penyebab gangguan kesehatan mental penggunanya.

Bob Patton, dosen psikologi klinis di University of Surrey mengatakan, strategi membatasi penggunaan medsos untuk mengurangi gangguan mental mungkin tidak membantu.

Menurutnya, jika ingin meningkatkan kesehatan mental, terutama di kalangan remaja, mereka harus diberi strategi untuk meningkatkan ketahanan terhadap perundungan.

Selain itu, para remaja juga perlu untuk didorong agar memiliki perilaku tidur serta olahraga yang lebih baik.***

Oleh Faried Wijdan/samdurafakta.com