Prestasi membanggakan kembali diraih oleh siswa-siswi SMA Cendekia. Tiga siswa terbaik, yaitu M. Fauzan Maulidin, M. Fadli, dan Dillah Intania, terpilih sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tingkat Kecamatan Ciseeng dalam rangka HUT ke-80 Republik Indonesia.
Setiap tahunnya, SMA Cendekia terpilih untuk mewakilan sekolah untuk menjadi anggota paskibraka. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Amal Khair Yasmin terus berkomitmen membina generasi muda dengan disiplin, semangat, dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Sebagai sekolah gratis yang dikhususkan bagi anak-anak yatim dan dhuafa, SMA Cendekia 100% tidak memungut biaya. Keberhasilan tiga siswa ini menjadi bukti bahwa keterbatasan ekonomi tidak menghalangi mereka untuk meraih prestasi dan mengabdi pada bangsa.

Kepala Sekolah SMA Cendekia, Ibu Zulia Alifia, menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian ini. “Saya merasa bangga kepada ketiga siswa yang telah terpilih dan mengikuti paskibra tingkat kecamatan. Keikutsertaan mereka menunjukkan tanggung jawab, sikap disiplin, serta semangat juang yang tinggi. Latihan yang dilakukan dengan penuh kesungguhan dan semangat patut diapresiasi. Prestasi ini bukan hanya menjadi kebanggaan saya sendiri, tetapi juga kebanggaan sekolah. Semoga pengalaman ini menjadi motivasi untuk terus berprestasi dan menginspirasi teman-teman yang lain,” ujar beliau.
Namun, di balik kebahagiaan ini, terselip kisah haru dari salah satu siswa terpilih, M. Fauzan Maulidin. Dua hari setelah pengukuhan Paskibraka, ibunda tercintanya berpulang ke hadirat Allah SWT. Rasa kehilangan mendalam tentu menyelimuti Fauzan, namun ia tetap berusaha tegar demi menjalankan amanah mengibarkan Sang Saka Merah Putih.
Momen paling mengharukan terjadi saat malam pengukuhan, ketika setiap anggota Paskibraka dipanggil dengan menyebutkan nama ayah dan ibu mereka. Saat giliran Fauzan dipanggil, suasana berubah hening dan penuh duka karena ibunya baru saja wafat. Meski demikian, Fauzan menegakkan kepala dan tetap melangkah gagah, menjadikan pengorbanannya sebagai bentuk cinta dan penghormatan kepada bangsa.
Kisah Fauzan menjadi inspirasi bahwa semangat kebangsaan dapat tumbuh di mana saja, bahkan di tengah keterbatasan dan duka. Prestasi mereka membuktikan bahwa SMA Cendekia bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga wadah untuk membentuk karakter generasi penerus bangsa yang tangguh, dan disiplin.
