Amal Khair Yasmin

Dengan Teriakan, Pohon Itu Mati!

Hikmah bisa dipungut dari mana saja. Karena hikmah adalah pelajaran dari langit. Salah satu pelajaran hikmah ini diambil dari Kepulauan Solomon yang terletak di tengah laut Samudera Pasifik.
Ada kebiasaan menarik dari penduduk yang tinggal di Kepulauan Solomon. Yaitu “meneriaki pohon”. Untuk apa? Kebisaan ini ternyata mereka lakukan apabila akan “membunuh” pohon dengan akar-akar sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak atau benda tajam lainnya. Pohon tersebut terlalu kuat sehingga perlu “dimatikan” dulu sebelum ditebang atau dipotong. Dan untuk mematikannya: beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu. Ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka berteriak selama berjam-jam tiap hari, selama kurang lebih empat puluh hari.

Apa yang terjadi kemudian pada pohon itu, sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah ditumbangkan.
Kalau diperhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguh aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya. Akibatnya, dalam waktu singkat, makhluk hidup itu akan mati. Dari tradisi rakyat di Solomon itu, kita bisa menyimpulkan: setiap kali orang berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti orang tersebut sedang mematikan rohnya.

Pernahkah kita berteriak pada anak-anak kita atau pada orang-orang di sekeliling kita? Jika pernah, berhentilah. Karena teriakanmu akan memotong jalur distribusi komunikasi mereka kepada kamu. Teriakan yang disertai kebencian akan meninggalkan luka mendalam dalam jiwa mereka. Mereka itu bisa ibu atau bapak anda; suami atau istri anda; teman atau saudara anda; karyawan atau pembantu anda; dan orang-orang terdekat anda.

Camkan! Setiap kali Anda berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, atau terluka — ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan yang anda keluarkan karena emosi-emosi anda, perlahan-lahan pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan anda.
Dalam kehidupan sehari-hari, teriakan hanya dilakukan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya dengan posisi kita .
Nah, mengapa orang yang marah dan emosional mengunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka dekat sekali? Pada realitanya, meskipun secara fisik dekat tapi sebenarnya hati begitu jauh. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak! Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh orang yang dimarahi karena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.

Jadi mulai sekarang jika tetap ingin roh pada orang yang anda sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Dengan berteriak kepada orang lain, ada dua kemungkinan balasan yang Anda akan terima. Anda akan dijauhi atau Anda akan mendapatkan teriakan balik, sebagai balasannya.
Kini saatnya kita ciptakan kehidupan yang damai, tanpa teriak . Berhentilah Berteriak. Jika kau langgar kau akan kena stroke, diabet, asma dan lain-lain.
Dalam Islam, kita dilarang berterian Uff kepada ibu, tak boleh berkata kasar pada siapa pun. Perkataan kasar hanya akan menghasilkan satu hal: pertengkaran. Selanjutnya hubungan atau silaturahmi kita terputus.