Amal Khair Yasmin

Islam dan Keindahan

Islam itu indah. Islam itu tentram. Seorang yang beriman dan berilmu niscaya hidupnya akan indah dan tentram. Nabi Muhammad, misalnya, adalah sosok yang selalu menunjukkan wajah yang tenang, senyum, dan damai. Sikap Rasul yang indah itulah yang membuat banyak sahabatnya merasa nyaman berada di samping beliau.    
KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, pernah ditanya santrinya tentang agama Islam.
“Kyai, yang disebut agama itu sebenarnya apa?” Tanya seorang santri kepada KH Ahmad Dahlan.

KH Ahmad Dahlan tidak segera menjawab pertanyaan santri tadi.  Malah beliau mengambil biola, kemudian menggesek alat musik favoritnya  itu dengan  memainkan nada-nada tembang “Asmaradhana” hingga membuat para santrinya terbuai. Permainan biola Kyai Dahlan memang terkenal lembut dan indah.

Lalu beliau bertanya, ” Apa yang kalian rasakan setelah mendengar musik tadi ?”

“Aku rasakan keindahan, Kiai,” jawab Daniel, salah seorang santrinya.

“Seperti mimpi rasanya” sambung Sangidu, santri yang lain.

” Semua persoalan seperti mendadak hilang. Tentram” tambah Jazuli, salah seorang santrinya yang cerdas

“Damai sekali” tukas Hisman, santrinya yang rajin ibadah.

” Nah, itulah agama” Jawab KH Ahmad Dahlan.

” Orang beragama adalah orang yang merasakan keindahan, rasa tenteram, damai karena hakikat agama itu sendiri seperti musik. Mengayomi dan menyelimuti.”

Setelah itu salah seorang santrinya, Hisman mencoba biola tersebut, dan menghasilkan suara “menderit”. Bikin pusing pendengarnya.

” Wah, kenapa suaranya berantakan,  Kiai..?” tanya Hisman sambil tersipu malu kepada Kyai Dahlan.

” Nah, begitu juga agama. Jika kita  tak mempelajarinya dengan baik, maka agama hanya akan membuat diri sendiri dan lingkungan terganggu,” jawab beliau.

” Oooo begitu…. Jadi untuk bisa beragama dengan baik itu, kita tidak boleh ikut-ikutan, tapi harus mengerti ilmunya juga. Seperti tadi, hanya karena melihat Kiai bermain biola, jangan langsung berpikir bahwa kita juga pasti bisa main biola.” tambah Jazuli..

“Kesimpulan yg bagus” jawab Kyai Dahlan.. “Ada kesimpulan lain?”

“Dalam beragama, kita tidak bisa hanya mengandalkan keinginan, hanya karena merasa bahwa keinginan itu baik. Misalnya, tadi saya merasa punya keinginan baik untuk bermain biola, tapi ternyata keinginan saya malah mengganggu saya dan orang lain” ujar Hisman.

Kesimpulan yang jeli! – kata Kyai Dahlan.

“Terima kasih Kyai. Kini kami bisa merasakan apa itu agama,” ungkap santri-santrinya berbarengan..Semoga dengan menjalani agama yang kita imani, kita mampu menghormati orang lain dan membawa kedamaian dalam hidup bersama. Aamiin……