Amal Khair Yasmin

Pendidikan Pancasila untuk Anak-anak

Budi dan Joni berkelahi. Gara-garanya sepele: Sepeda Budi tidak sengaja menabrak mobil mainan Joni sampai hancur. Mulanya Joni geram. Marah karena mobil-mobilannya rusak. Joni pun mengumpat budi. Merasa dihina, Budi pun marah. Dan perkelahian tidak dapat dihindarkan. Ketika sedang berkelahi, muncullah kesadaran Joni.

“Sudah Bud, saya minta maaf. Seharusnya saya tidak marah karena tertabraknya mobil-mobilan saya ini. Saya mungkin salah karena menaruh mainan saya di pinggir jalan,” kata Joni. Mendengar ajakan damai Joni, Budi pun menghentikan jotosannya. “Saya juga minta maaf karena emosi tadi. Seharusnya saya pun minta maaf karena telah menabrak mainan kamu,” ujar Budi.

Perkelahian antara Budi dan Joni pun usai. Tidak dilanjutkan. Keduanya menyadari kesalahan masing-masing. Budi dan Joni saling memeluk sebagai tanda perdamaian dan persahabatan.
Itulah gambaran Pendidikan Pancasila yang aplikatif. Dalam kasus di atas, mungkin begitulah penerapan sila kedua – Kemanusiaan yang Adil dan Beradab – dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sekadar menghapal lima sila, lalu pembukaan UUD 45, kemudian menceritakan Bung Karno dan tokoh-tokoh pahlawan zaman dulu.

“Pendidikan Pancasila kepada anak-anak sebaiknya jangan menggurui. Tapi dengan cerita kehidupan sehari-hari atau mendongeng mengenai kebaikan seseorang,” kata Ustad Mujtahidin, salah seorang pengurus Yayasan Amal Khair, Yasmin. Anak-anak akan cepat bosan jika disuruh menghapal butir-butir Pancasila dan pembukaan UUD 45, ujar Mujtahidin.

Betul, Pancasila adalah dasar negara. Ideologi negara. Sumber hukum negara. Tapi anak-anak jelas belum sampai ke sana. Anak-anak perlu diajarkan atau diberi praktik mengenai kehidupan yang saling mengasihi dan menghormati. Jadi, nilai luhur Pancasila jangan dibatasi pada konsep, kata-kata, dan catatan di buku-buku. Tapi nilai-nilai luhur itu harus langsung bisa dilihat dan dirasakan. Misalnya, anak-anak diajak bermain teater atau sandiwara yang ceritanya mengenai kebaikan seseorang yang bisa meluluhkan keburukan orang lain. Lima sila tersebut sebetulnya sudah lengkap sebagai bahan latihan praktik kehidupan sehari-hari pada anak-anak

Sistem pendidikan Pancasila harus berorientasi pada pembentukan nation and character building, dengan menyesuaikan kondisi kejiwaan peserta didik, namun tetap mengikuti perkembangan zaman agar tidak monoton dan membosankan. Guru sebagai tokoh sentral dalam sistem pendidikan, harus memberi teladan dalam setiap sikapnya. Peran orang tua juga sangat besar dalam pendidikan karakter ini. Orang tua tidak boleh merasa cukup hanya dengan menyerahkan urusan pendidikan anak ke sekolah, tapi harus turun langsung mendidik mereka di rumah. Tidak kalah pentingnya dalam sistem pendidikan adalah faktor lingkungan. Baik atau buruknya lingkungan punya pengaruh sangat besar dalam pendidikan karakter seseorang. Sementara itu, pendidikan agama menjadi salah satu pendukung utama pemahaman nilai-nilai Pancasila.

Contoh konkrit sistem pendidikan Pancasila dari Taman Kanak-Kanak (TK) misalnya: Mendongeng tentang cerita rakyat ataupun cerita tokoh-tokoh agama yang di dalamnya terkandung nilai-nilai moral yang tinggi. ·Bermain bersama teman dan guru. Guru mengajarkan tentang arti kesetiakawanan, toleransi. ·Mengajarkan siswa untuk berbagi dengan temannya. ·Mengajarkan kejujuran dalam setiap hal. ·Mengajarkan berdoa dalam setiap kegiatan sebagai cara menumbuhkan sikap religius siswa. ·Mengajarkan mengucapkan salam kepada teman dan guru, sebagai bentuk kepedulian, penghormatan dan sopan santun. Mengajarkan anak untuk menjenguk teman yang sakit.

Untuk siswa SD: Mendongeng tentang kisah perjuangan para pahlawan dan nilai-nilai yang bisa diteladani dari para pahlawan. Menindak dengan tegas siswa yang mencontek sebagai pelajaran kejujuran. Mengajarkan siswa untuk tertib mengikuti upacara bendera. Lalu mengajak siswa berani berpendapat dan menghormati pendapat siswa lainnya. Membagi siswa dalam kelompok, agar mereka belajar berinteraksi dengan teman-temannya yang majemuk agar menghargai kemajemukan. Menanamkan nilai-nilai kebangsaan dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka, OSIS dan lain-lain.

Itulah contoh Pendidikan Pancasila yang sederhana dan langsung bisa dilakukan murid dengan bimbingan gurunya. Dengan demikian Pendidikan Pancasila tidak membosankan. Malah seru karena dilakukan sambil main drama dan teater!