Oleh : Haidar Bagir
Bagaimanakah cara untuk mengaktualkan dan memelihara kebahagiaan dalam hidup kita? Kebahagiaan seseorang akan muncul ketika ada kesenjangan antara apa yang kita dambakan dan hasil atau keadaan actual kita.
Dalam kaitan ini, ada tiga bentuk usaha yang mungkin diupayakan manusia untuk mewujudkan kebahagiaan.
Pertama, bekerja keras untuk mengupayakan dan memenuhi apa saja yang kita dambakan dalam hidup ini. Sedikitnya ada dua kelemahan dalam cara ini. Satu, ada banyak kemungkinan bahwa kita tak akan pernah bisa memenuhi seluruh kebutuhan kita. Dua, setiap kebutuhan kita terpenuhi, selalu muncul kebutuhan baru. Manusia tak akan pernah puas. Maka, dengan cara ini hampir bisa dipastikan kita tak akan pernah merasa bahwa semua yang kita dambakan dalam hidup ini akan terpenuhi. Cara ini tak akan pernah membawa kebahagiaan.
Kedua, mengurangi atau menekan kebutuhan. Dengan berkurangnya kebutuhan, kemungkinan tak terpenuhinya kebutuhan kita menjadi kecil. Demikian pula kemungkinan ketidakbahagiaan kita. Masalahnya, manusia diciptakan tuhan dengan dorongan untuk selalu rindu meraih pencapaian – pencapaian baru yang lebih baik. Ini adalah manifestasi dari sifat fitri manusia untuk mencapai kesempurnaan, betapa pun kesempurnaan ini tak mungkin benar – benar bisa mendatangkan kebahagiaan, cara ini sudah bertentangan dengan fitrah manusia. Dengan kata lain, cara ini tidak realitas. Dan semua yang bertentangan dengan fitrah manusia akan justru menjadi sumber ketidakbahagiaan.
Kedua cara di atas masih bersandar pada konsep kebahagiaan ekstrentik. Yakni, bahwa kebahagiaan hanya dapat dicapai jika semua dambaan kita dalam hidup tercapai.
Ketiga, memiliki sikap batin sedemikian rupa sehingga apa pun yang terjadi atau datang pada diri kita selalu kita syukuri. Membangun suasana batin yang ditopang dengan sikap sabar dan rasa syukur yang kokoh seperti ini, akan mampu meredam kondisi – kondisi yang berpotensi menimbulkan kegelisahan dalam hidup. Poin ketiga ini sama sekali tak menihilkan cara dalam poin pertama di atas. Mari kita bekerja keras, mari kita kejar kesempurnaan, sebatas kemampuan kita. Akan tetapi, at any point in time kita bersabar dan bersyukur atas apa saja yang telah kita raih, rela kepada apa saja yang dialokasikan –Nya kepada kita. Kita akan menemukan kebahagiaan dengan selalu berfikir positif dalam keadaan apa pun, selalu mencari hikmah di balik setiap keadaan, seburuk apapun ia tampil dalam persepsi kita.
Sumber : Buku Islam Risalah Cinta dan kebahagiaan karangan : Haidar Bagir