Belajar dari Burung, Lebah, Semut, dan Gajah
Belajar bisa dari mana saja. Ketika wahyu pertama turun, “Bacalah – Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang Menciptakan” – maksudnya, agar manusia membaca dari semua ciptaan Tuhan agar dapat pelajaran. Jadi, pelajaran bisa diperoleh dari mana pun, termasuk mengamati perilaku hewan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an “Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu” (QS Al Mukminun [23]: 21). Sudah pasti yang kita ambil sebagai pelajaran ialah sifat yang positif saja. Dalam satu hadis, Rasulullah Saw. menerangkan : “Kehidupan seorang mukmin itu laksana burung, berangkat pagi dengan perut kosong, pulang sore dengan perut kenyang”. Lalu apa rahasia keberhasilan satwa ini?
Pertama, dalam segala musim, entah musim penghujan atau kemarau, mereka selalu bangun sebelum waktu subuh. Kedua, begitu bangun langsung berkicau. Dalam bahasa agama mereka berzikir. Ketiga, mereka rajin bekerja. Tidak pernah kita saksikan seekor burung berlama-lama hinggap dan berterngger pada dahan atau ranting pohon. Keempat, mereka tidak serakah. Walaupun menemukan rezeki yang banyak, tapi tidak pernah membawanya pulang ke sarang. Mereka sangat yakin dengan jaminan dari Allah untuk rezeki esok harinya. Kelima, mereka sangat disiplin. Sebelum malam sudah pulang ke sarang. Simak pula kehidupan lebah. Ada beberapa hal yang patut kita teladani dari binatang ini. Pertama, cara membuat rumah dan membina rumah tangga, Kedua, cara mencari rezeki dan ketiga, cara membawa diri dalam pergaulan.
Lebah sangat disiplin mengikuti perintah Allah. Sesuai firman Allah dalam surah lebah, maka mereka membuat sarang di gunung, dipohon-pohon besar dan atau di rumah lebah yang dibangun manusia. Dengan demikian mereka relatif aman. Dalam soal mencari rezeki, mereka mencari makanan bukan hanya yang enak, tetapi juga bersih dan bermutu. Pilihan ini merupakan pilihan yang disenangi Allah Swt. Dan makanan yang dimakannya cocok bagi tubuhnya serta tidak merusak lingkungan. Lebah memiliki sifat tidak mau diganggu dalam hidupnya. Tetapi sepanjang hidupnya itu mereka sepenuhnya bermanfaat bagi manusia dan lingkungan. Antara lain memberi madu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia dan mengawinkan putik sari bunga-bunga sehingga menjadi buah.
Dalam Al-Quran ada juga surat semut (An-Naml). Semut, adalah serangga yang senang makan yang manis-manis. Tetapi tidak pernah sakit kencing manis. Mengapa? Pertama, mereka senang menjalin silaturahmi. Setiap ketemu, saling mengucapkan salam dan menyampaikan pesan. Indikasinya, kepalanya selalu tampak bertemu. Rasul Saw. bersabda: “Barang siapa yang senang dipanjangkan usianya dan dimurahkan rezekinya hendaklah ia senang menjalin tali persaudaraan (silaturrahmi)”. Kedua, mereka tidak mau makan sendiri. Setiap menemukan rezeki, selalu diberi tahu kepada teman-temannya. Setelah berkumpul baru makanan itu dibawa ke satu tempat untuk dinikmati bersama.
Gajah adalah binatang yang mementingkan persatuan, solidaritas, dan kasih sayang pada keluarganya. Jika hari-hari ini gajah sering masuk perkampungan manusia, hal itu terjadi karena menurut gajah manusia telah menghancurkan tempat tinggal dan cadangan makanan gajah di hutan. Akibat manusia menghancurkan hutan, gajah pun kehilangan pegangan hidup, tempat tinggal, dan makanan. Jadi wajar kalau mereka marah. Tapi cobalah lihat kebersamaan gajah. Gajah hidup berkelompok dan saling menolong. Prof. Emil Salim, mantan menteri lingkungan hidup, pernah bercerita waktu petugas jagawana menggiring gajah agar masuk ke hutan. Tiba-tiba gajah mogok, tak mau jalan. Ternyata, ada gajah kecil jatuh, kakinya keseleo. Rombongan gajah tak mau bergerak sebelum gajah kecil itu bisa jalan. Setelah diobati dan bisa jalan, rombongan gajah itu berjalan lagi. Nah, sampai di sungai gajah-gajah yang besar berbaris menyeberangi sungai dan diam, memberikan kesempatan pada gajah-gajah kecil berjalan di atas punggungnya agar bisa menyeberangi sungai. Setelah selesai baru gajah-gajah itu menyeberangi sungai satu persatu. Gajah yang tubuhnya paling besar menyeberangi sungai terakhir kali.
Seandainya manusia belajar dari mereka, kehidupan makin nyaman, tertib, dan damai. Jadi bukan hanya manusia yang harus mendidik hewan, hewan pun memberikan pendidikan kepada manusia. [ss]