Syari’at Islam itu indah. Ia mengajarkan umat untuk bersikap lemah lembut dalam kehidupan kepada siapa pun. Bahkan kepada raja yang lalim sekalipun. Sikap lemah lembut itu menjadi makin penting jika kita mau memberi nasehat kepada orang lain. Tanpa kelemah lembutan si penasehat atau da’i akan kehilangan empati.
Dalam memberi nasehat, dakwah, atau tausiyah tujuannya menarik hati manusia untuk melakukan kebaikan. Dan kita tak bisa menarik hati manusia dengan cara yang kasar. Bahkan harta pun belum tentu dapat menariknya. Tapi kelemahlembutan niscaya dapat mengugugah siapa pun dan membuat orang lain tertarik .
Allah subhanahu wa Ta’ala menyuruh Rasulullah berlemah lembut terhadap para sahabat. Allah berfirman : “Fabimaa rahmatin minallahi linta lahum, walau kunta fazhzhan ghalizhal qalbi lanfadhdhuu min haulika”. Maka dengan rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka (para sahabat) menjauhkan diri dari sekitarmu. (Q.S Ali Imran 159).
Musa dan Harun diperintahkan Allah menasehati Fir’aun.
Manusia yang paling durhaka kepada Allah adalah Fir’aun. Di antara kedurhakannya adalah memusuhi Nabi Musa, membunuh semua bayi laki laki. Puncaknya adalah dia mengaku sebagai tuhan dengan berkata : Ana rabbakumul a’la. Aku adalah tuhanmu yang paling tinggi.
Karena sudah melampaui batas maka Allah mengutus Nabi Musa dan Harun mendatangi Fir’aun untuk memberi nasehat. Allah berfirman : “Idzhaba ila fir’auna innahu thagha. Faqula lahu qaulan laiyina, la’allahum yatadzakkaru au yakhsya”. Pergilah kalian (Musa dan Harun) kepada Fir’aun (untuk memberi peringatan atau nasehat), sesungguhnya dia telah melampaui batas. Berbicaralah kepadanya “dengan lemah lembut”. Mudah-mudah dia sadar (atas kesalahannya) atau takut (kepada Allah) Q.S Thaaha 43-44).
Umat Islam, khususnya para da’i dan ulama, wajib – sekali lagi wajib — mengambil pelajaran berharga dari ayat yang mulia ini. Manusia harus bersikap lemah lembut terhadap manusia lain, bahkan terhadap orang yang paling tidak disukai dirinya dan Tuhannya seperti seperti Fir’aun. Allah Yang Maha Lembut (Al-Latief) mengutus Nabi Musa dan Harun menemui Fir’aun agar bertobat. Dan Allah meminta Musa dan Harun untuk berbicara lembut kepada Fir’aun. Bayangkan, Allah menyuruh Musa dan Harun untuk berbicara lembut ketika membawa misi dakwah kepada Fir’aun. Tidak sekali kali Allah menyuruh utusannya untuk bicara kasar, memaki, ber-hate speech, menggoblok-goblokkan orang lain agar sadar atas kesalahannya. Tidak! Bicara kasar dan hate speech terhadap orang lain, kepada tokoh, kepada pimpinan bangsa adalah haram. Sekali lagi haram seperti dinyatakan Al-Quran Surat Thaha 43-44 di atas.
Seorang hamba harus senantiasa mencari cinta dan ridha Allah dengan selalu menjaga ketaatan kepadaNya. Kelemahlembutan merupakan salah satu perbuatan yang Allah cintai. Rasulullah bersabda : “Innallaha yuhibbu rifqa fii amri kullih” Sesungguhnya Allah mencintai kelemahlembutan di segala perkara (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim). Sebaliknya Allah membenci perbuatan dan ujaran yang kasar dan penuh kebencian (hate speech). Seorang hamba yang beriman bila terlanjur berbicara dan berlaku kasar biasanya akan menyesal. Ia sadar bahwa bicara dan perbuatan kasarnya sangat dibenci Allah dan Rasul.
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz berkata : Maka wajib bagi kalian untuk berlemah lembut dan berhati hati. Jangan cepat marah dan berlaku kasar. Kalian tidak akan menyesal selama lamanya bila berlemah lembut. Karena Allah adalah Zat Yang Maha Lembut dan Maha Kasih Sayang. (SS)