Muhammad Nabi Cinta
Tersebut seorang perempuan miskin , bersahaja. Setiap hari dia mengelilingi kota untuk mengerjakan apa saja, demi mencari nafkah ala kadarnya bagi diri dan keluarganya. Setiap sore , dia pun mendatangi sebuah masjid yang sama, demi membersihkan halamanya, dengan memunguti dedaunan yang rontok daro pepohonan yang rindang disana. Begitulah hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan , dan tahun demi tahun.
Perempuan itu pun menjadi makin tua dan uzur. Sehingga suatu hari, jama;ah masjid mengambil inisiatif membersihkan halaman masjid dari daun yang berguguran , dengan maksud membebaskannya dari pekerjaan yang mungkin sudah mulai menjadi terlalu berat baginya.
Seperti biasa , hari itu sang ibu tua datang ke masjid . Betapa kagetnya ketika ia mendapati halaman masjid telah bersih dari rerontokan dedaunan. Dia pun menangis. Para jama’ah terkejut , dan jatuh iba kepadanya. Ketika ditanya apa gerangan yang membuatnya begitu bersedih, perempuan itu menjawab. “ Aku sudah tua, tak ada yang bisa kulakukan untuk Kanjeng Nabi. Maka, setiap hari kupunguti dedaunan yang rontok untuk membersihkan halaman masjid ini. Setiap saat memungut selembar daun, aku membacakan shalawat bagi beliau. Kini tak ada lagi kesempatan bagiku untuk menyatakan cintaku kepadanya..”
Menurut Ibn ‘Arabi, puncak kemuliaan manusia sesuai dengan hadis takhallaqu bi akhlaq Allah adalah berakhlak dengan akhlak Rasulullah, Siti ‘A’isyah menyatakan , “ Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an.” Padahal, bukanlah Al-Qur’an adalah manifestasi sempurna Allah Swt. dalam bentuk firman?
Kiranya hal ini terkait erat dengan kenyataaan bahwa tajalli ( teofani , manifestasi) Allah yang paling sempurna adalah dalam Muhammad Saw. Yang dalam hadis dikatakan , “ Yang pertama kali diciptakan oleh Allah adlah (Nur) Muhammad.” Bahkan , dalam sebuah hadis qudsi dinyatakan bahwa:
“Kalau bukan karenamu (Muhammad) maka aku tak akan menciptakan alam ciptaan ini.”
Dengan kata lain , kesempurnaan alam semesta diwujudkan oleh Allah dengan mengambil ( kepribadian) Nabi Saw. Sebagai modelnya. Memang sesungguhnya alam semesta diciptakan dalam citra Allah. Dalam pandangan Ibn ‘Arabi , alam ini terwujud berkat manifestasi “ gagasan –gagasan Ilahi” yang disebut sebagai al-a’yan al-tsabitah (esensi-esensi permanen) yang menjadi bagian kesatuan wujud Allah Swt. “
Kemudian akan kami tunjukkan tanda-tanda kekuasaan kami pada alam dan dalam diri mereka, sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran.(QS Fushshilat [41];53)
Dan Nabi Muhammad menggabungkan semuanya itu didalam dirinya. Ya ! Meski sesungguhnya semua manusia diciptakan sebagai model alam semesta –alam adalah makrokosmos (al-‘alam al-kabir , jagad gede) dan manusia adalah mikrokosmos yang paling sempurna merepresentasikan segenap ciptaan-Nya. Itu juga sebabnya, mengapa Nabi tersebut sebagai al-insan al-kamil(manusia paripurna) sedemikian, sehingga Allah sendiri bersama para malaikatnya ber-shalawat atasnya, lalu memerintahkan orang-orang beriman untuk ber-shalawat pada beliau juga.
Apa inti kesempurnaan Nabi itu ? Allah sendiri menyebutkannya:
Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada diatas akhlak yang agung,(QS Al-Qalam[68]:4)
Dan jika kita simpulkan semuanya itu, kita adapatn menyatakan bahwa letak kesempurnaan Muhammad Saw adalah bahwa akhlaknya adalah akhlak Allah( al-takhalluq bi akhlaq Allah).
Pernah suatu kali seseorang meminta kepada sayidina Ali untuk menggambarkan akhlak Nabi. Sayyidina Ali berkata, “ Allah Melukiskan Keindahan dunia dengan menyebutkan, katakanlah, sesungguhnya keindahan dunia ini kecil saja”. Akan tetapi, bagaimana Allah menggambarkan akhlak Nabi Saw. Allah berfirman, dan sesunggguhnya engkau (Muhammad) memiliki akhlak yang agung. Demikian penjelasan Sayyidina Ali.
Pada gilirannya , apa inti akhlak Nabi itu ? Cinta dan kasih sayang , persis seperti akhlak Allah. Didalam kitab suci-Nya, Dia kabarkan:
Dan hanya karena rahmat dari Allah maka engkau bersikap lembut kepada mereka.dan kalau saja engkau bersikap keras dan berhati kasar,niscaya mereka semua sudah menjauh darimu. (QS Al-Imran[3]:159).
Namun, diatas segalanya , akhlak Nabi mengambil bentuk solidaritas kemanusiaan pada tingkat yang paling tinggi:
Sesungguhnya telat datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan kesalamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.(QS Al-Taubah[9]:128)
Hidup Nabi memang dipenuhi concern (keprihatinnan) kepada manusia. Penderitaan manusia selalu dirasakannya sebagai beban. Dia menginginkan manusia bebas dari maslaha-masalah yang menimpa mereka. Sebaliknya,dia terus berharap dan berupaya agar setiap manusia bisa hidup bahagia. Sedemikian, sehingga sejak sangat muda Muhammad Saw. Dia sudah menjadi tumpuan masyarakatnya. Bahkan sebelum usia perkawinannya, dia sudah melakukan tanpa (khalwat), demi mencari solusi bagi kejahiliyahan kaumnya. Maka, setelah menjadi Nabi dan Rasul , seluruh hidupnya dibaktikan bagi kesejahteraan sesamanya. Tak ada sisa bagi diri dan keluarganya hingga diperbaringan-kematian, yang dia seru hanya, “Ummatku..,ummatku…Apa yang akan terjadi atas mereka sepeninggalku.”Kelak diakhirat pun,ketika kekhawatiran oleh bayangan perhitungan Tuhan mencengkram semua manusia , ketika bahkan para ibu akan mencampakkan bayi-bayi mereka, Muhammmad Saw. Tetap hanya akan memikirkan umatnya. Diatas sebuah bukit dia akan memanggil ke sana-kemari. “ Halumma-halumma .. kesinilah kalian , datanglah kepadaku agar kalian semua mendapatkan syafaatku. Terhindar dari hukuman-Nya, dan masuk surga semua saja.”Sedemikian, sehingga dia sendiri meringkaskan semuanya: “ Cinta adalah asasku”.
Kiranya, semua sifat penuh kasih dan kelembutan itu adalah suatu kenyataan logis mengigat Tuhannya Muhammad Saw. Telat berfirman:
Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. (QS Al-Anbiya[21]:107)
Dia adalah utusan yang maha pengasih dan penyayang. Dia adalah penopang dan pemelihara alam keseluruhan. Lebih dari itu semua, dialah sang insan kamil (manusia paripurna), perwujudan sempurna sifat-sifat ( kasih sayang) Allah Swt.
Diaalah exemplar par excellence Allah Swt.Dialah pintu gerbang bagi kita untuk dapat kembali kepada-Nya. Dengan mengikutinya dan menjadikannya teladan, maka sesungguhnya kita sedang menjalani proses pendakian spiritual untuk mengembangkan al-takhalluq bi akhlaq Allah (berakhlak dengan akhlak Allah)
Mencintainya adalah mencintai Allah , mencinta Allah adalah mencintainya. Persis seperti firman Allah Swt. yang diajarkan kepadanya, barang siapa mencintai Allah, ikutilah aku. Maka Allah akan mencinta kalian.[]