Betapa menakjubkan
Aku dapat mengambil gayung
Aku dapat menyiduk air
Itulah puisi sederhana dari seorang sufi tak dikenal yang tinggal di sebuah dusun. Mungkin, kita menganggap puisi itu teramat sederhana. Tapi, bagi sang sufi, puisi itu sungguh hebat karena ia mengungkapkan ketakjuban yang luar biasa dari kemampuan dirinya. Apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti berjalan, membaca, makan, dan minum — tampaknya sangat sederhana. Kita tak merasakan sedikit pun bahwa semua itu merupakan ”rangkaian” pelbagai proses yang amat rumit, kompleks, dan melibatkan perubahan fisika, kimia, dan biologi.
Berjalan, misalnya, sepintas tampak sederhana. Padahal, ada ribuan reaksi biokimia — mulai dari instruksi otak, pembuluh darah, hingga kontraksi otot kaki. Bagi si lumpuh, berjalan sungguh merupakan suatu keajaiban yang menakjubkan. Ada miliaran reaksi biokimia lainnya yang membuat manusia bisa hidup sempurna. Di antaranya adalah reaksi biokimia yang mampu menetralisir zat berbahaya seperti radiasi ultraviolet, memblock radiasi sinar inframerah, membunuh virus yang ada di udara, dan membersihkan zat-zat pencemar dari makanan.
Dari situlah, kita bisa mengerti betapa Maha Penyayang dan Pemurahnya Allah. Manusia diciptakan dengan kelengkapan dan kesempurnaan luar biasa — secara fisis, kemis, biologis, dan matematis — sehingga tubuh manusia tidak hanya mampu menghadapi segala kondisi atmosfer bumi yang penuh dengan zat-zat berbahaya, tapi juga mampu mengubah zat-zat berbahaya itu menjadi zat bermanfaat bagi tubuh melalui mekanisme dan proses yang rumit dan kompleks.
Allah juga telah menciptakan tubuh manusia dengan sangat indah dan sempurna. Tentu Allah telah menggunakan fungsi-fungsi matematik dengan kecermatan dan ketepatan yang tinggi untuk ”mendesain” bentuk manusia yang ideal. Allah berfirman, ”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang seindah-indahnya” (QS 95:4).
Dari logika itu, kita bisa memahami betapa sang sufi sangat mengagumi kemampuan dirinya — yang bisa mengambil gayung dan menciduk air. Sang sufi yang menyadari betapa besar karunia yang telah Allah berikan kepadanya, tak bisa lain akan mengucapkan syukur dalam setiap geraknya. Karena, dalam setiap gerak manusia, sungguh terdapat ”paduan kerja yang amat indah, serasi, dan sempurna dari aspek matematis, fisis, kemis, dan biologis” yang mana hal itu tak mungkin bisa dilakukan dalam keterbatasan otak manusia. Sungguh Allah Maha Tepat Perhitungan-Nya.
Allah Maha Pemurah. Dia tak menuntut balasan atas semua yang diberikan-Nya kepada manusia. Allah hanya minta manusia berbuat sesuai petunjuk-Nya (Alquran dan Sunah Rasul), agar ”kesempurnaan dan keindahan” itu tidak rusak. ”Siapa yang menerima petunjuk itu, maka manfaatnya untuk dirinya sendiri, dan siapa yang mengingkarinya, maka akibatnya untuk dirinya sendiri juga (QS 39:41).