Wawancara Kak Seto, REMAJA DAN PUASA
Bagi sebagian remaja puasa hanya sekedar menahan lapar dan haus, ditambah beberapa ritual seperti tarawih, berbuka, sahur dan sebagainya. Padahal lebih daripada itu, di dalamnya terkandung makna yang mendalam bagi remaja. Di sini pentingnya peran orangtua menyampaikan pesan tersirat puasa kepada anak-anaknya melalui diskusi yang bersahabat dan membumi. Berikut kami sampaikan wawancara dengan Kak Seto tentang makna puasa bagi remaja.
Apa makna puasa buat remaja?
Bahwa puasa ini tidak hanya menahan lapar saja tapi juga mempertajam kecerdasan emosi. Penting bagi remaja menjaga hati tetap jernih, tetap bahagia, maka ketahanan fisik kita menahan lapar lebih kuat. Yang paling utama adalah kita meningkatkan kemampuan pengendalian emosi, tidak mudah marah, tidak mudah putus asa, mengambil jalan pintas dan sebagainya. Semua itu disampaikan melalui diskusi bukan instruksi atau komando.
Kebebasan seperti apa yang boleh dilakukan remaja?
Anak-anak sebetulnya memiliki tanggung jawab. Semua diposisikan sejajar, bukan lebih tinggi atau lebih rendah. Dengan demikian anak lebih dihargai dan dihormati dan akan menjalankan semua itu dengan motivasi internal yang tinggi. Kalau anak-anak ditekan dan diposisikan di bawah terus akan timbul pertentangan dan pemberontakan. Hak asasinya sama, kewajibannya sama, tinggal ada pembagian. Misalnya ayah pergi keluar cari nafkah; ibu mengatur rumah tangga; anak tugasnya belajar, juga membantu orangtua, misalnya merapikan tempat tidur.
Kemudian anak-anak juga diajarkan untuk merencanakan kegiatan di bulan ramadan dan lebaran. Lebaran itu tidak sekedar berfoya-foya, karena puasa itu bukan penderitaan. Puasa itu justru suatu kebahagiaan karena kita bisa memperoleh kecerdasan spiritual, kecerdasan moral dan sebagainya. Dan itu dibicarakan dengan cara yang nyambung dengan anak, bahwa melakukan itu bukan karena disuruh ayah-bunda tapi karena memang senang melakukan itu.
Orangtua harus tahu bahwa masa remaja memang temperamental, kalau didekati dengan cara yang keras ia kan kabur atau akan melawan, tetapi didekati dengan tenang.
Bagaimana puasa bisa menjadi momentum yang baik untuk remaja?
Ini harus menjadi momentum agar anggota keluarga semakin dekat. Biasanya kegiatan di luar rumah berkurang. Paling tidak pada waktu sahur bisa bersama, lalu dialog tentang manfaat puasa. Mereka sudah mempelajari dari sekolah, tetapi melalui pengalaman pribadi bisa merasakan manfaat langsung puasa, jadi lebih tenang, lebih sabar. Kemudian diajak diskusi bisa tidak kita usahakan mengamalkan manfaat puasa sepanjang tahun.
Kita ajak mereka merenungkan makna dari isi Al-Quran, apa keteladanan Rasulullah yang bisa kita contoh, bahwa beliau selain punya kemampuan leadership, juga rendah hati dan peduli. Semua itu bisa dibicarakan pada saat-saat berbuka atau sahur. Semuanya dikembalikan pada Al-Quran tetapi dengan penyampaian yang betul betul menginjak bumi yang kadang-kadang dilupakan dalam evaluasi di bulan ramadan. Nanti setelah lebaran apakah kita masih seperti dulu atau tidak. Kemenangan itu ada di dalam batin kita bahwa kita harus semakin sempurna, kembali kepada fitrah.