Siswa ngobrol sendiri saat jam pelajaran berlangsung hampir dialami semua guru. Bosan dan kelelahan biasanya yang menjadi penyebab siswa kehilangan konsentrasi di kelas.
Pada kondisi seperti ini, siswa akan melampiaskan kejenuhannya dengan mengobrol atau membikin gaduh di kelas.
Ada beragam reaksi guru ketika kelas tidak lagi kondusif. Diantara mereka ada yang tetap mengajar meski suara guru hampir tak terdengar lagi oleh siswa. Ada juga yang memaksa siswa untuk diam dan memperhatikan pelajaran. Paksaan seperti ini bisa saja membuat siswa menjadi benci kepada mata pelajaran tersebut.
Pada saat kebekuan dan kejenuhan di kelas seperti inilah, sesi ice breaking perlu dilakukan oleh guru. Pemecah kebekuan akan membuat suasan hati siswa menjadi cair dan siap untuk menerima pelajaran berikutnya.
Menurut sebuah penelitian, masa konsentrasi siswa sangat pendek. Fokus dan daya serap siswa terhadap pelajaran hanya di 15 menit pertama. Di fase ini, siswa mudah sekali menyerap informasi yang disampaikan guru.
Setelah itu, seiring berjalannya waktu daya memori dan konsentrasi murid mulai menurun. Pada saat inilah guru harus melakukan ice breaking. Karena pada saat itu siswa mulai mengalami kejenuhan dan membutuhkan penyegaran agar potensi mereka menyerap pelajaran berjalan maksimal.
Menurut Maman Sudirman, Kepala PAUD Alul Albab di Megamendung Bogor, selain berfungsi membuang rasa jenuh, manfaat ice breaking juga dapat meningkatkan fokus siswa dalam belajar.
Sesi ice breaking bisa dilakukan di dalam kelas atau outdoor. Dan sebaiknya dalam menyelanggarakan ice breaking, guru harus bijak mengatur waktu agar jam pelajaran tidak habis untuk kegiatan ini.
Ada macam-macam ice breaker yang bisa dilakukan guru, mulai dari yang sederhana sampai yang membutuhkan alat peraga. Seperti yel-yel, gerak tubuh, teka-teki, humor lucu, sampai permainan.
Beberapa permainan yang bisa diterapkan di dalam kelas seperti permainan untuk membangun kerjasama, permainan untuk konsentrasi dan kepekaan, dan permainan untuk membangun kreatifitas dan imajinasi.
“Intinya, apapun metode yang digunakan guru, ice breaker itu harus membuat siswa semangat dan nyaman belajar di kelas,” kata Maman.