Sebulan yang lalu, ketika baru pertama kali tiba di Panti ODGJ Telantar Amal Khair Yasmin, Aresta masih mengalami kekacauan pikiran yang hebat. Pemuda berusia 24 tahun tersebut sempat menghebohkan panti karena mengaku sebagai nabi. Tidak hanya itu, Aresta juga bercerita pernah suatu kali terlibat duel dengan tuhan.
Penuturan ganjil semacam itu sudah jamak terjadi di Panti ODGJ Amal Khair Yasmin. Namun, pengakuan sebagai seorang nabi dari pasien, ini baru pertama kali.
Menurut Ustadz Ruslan Syafii, pengasuh Panti ODGJ, kasus halusinasi yang dialami Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) seperti yang dirasakan Aresta itu adalah gejala khas skizofrenia. Pengidap skizofrenia sulit sekali membedakan antara kenyataan dan khayalan.
Panti Rehabilitasi Khusus ODGJ Jalanan dan Telantar
Bagi Aresta dan puluhan penyandang gangguan kejiwaan lainnya, panti ODGJ Amal Khair Yasmin adalah harapan. Sesuai namanya, panti ini memang dikhususkan untuk penyandang disabilitas mental yang mengalami diskriminasi.
“Panti ODGJ Amal Khair Yasmin ini memang sejatinya untuk menampung para ODGJ yang hidup di jalanan. Mereka bisa berada di jalanan biasanya karena ditelantarkan oleh keluarganya. Sengaja dibiarkan menggelandang begitu saja,” kata Ustadz Ruslan.
Keadaan ini diperburuk dengan stigma masyarakat yang menganggap mereka bukan bagian dari kenormalan. Sehingga para ODGJ ini rentan sekali mendapat pengucilan.
Diskriminasi ini jelas merugikan mereka, utamanya untuk mendapatkan akses pengobatan yang tepat dan layak. Padahal, pengidap gangguan jiwa bisa disembuhkan dan dapat kembali hidup normal.
“Nah, hadirnya Panti Amal Khair Yasmin ini untuk merangkul mereka. Disini mereka dididik, dibina dan selama menjalani masa pengobatan mereka diberikan kegiatan produktif dan belajar agama. Diharapkan setelah sembuh dari sini, mereka bisa terjun lagi ke masyarakat,” ujar Ustadz Ruslan.
Kisah ditelantarkan dan dibuang keluarga juga dialami oleh oleh Aresta. Sejak kecil, Aresta diasuh oleh orangtua angkat, karena orangtua kandung sendiri tidak mau merawatnya.
Sejak tinggal di panti, Aresta mengaku beruntung karena seperti menemukan keluarga baru. Disini ia bisa merasakan kehangatan kekeluargaan.
Semua saling support untuk kesembuhan. Baru kali ini Aresta merasa optimis bisa sembuh, dan suatu saat bisa kembali bekerja secara normal.
Penelantaran juga dialami oleh Nenek Surinah, ODGJ lansia yang juga mengalami kebutaan. Menurut cerita, Nenek Surinah ditelantarkan oleh anak-anaknya dengan cara dibiarkan tinggal sendirian di rumah.
Anak-anak kabur entah kemana, dan dengan tega membiarkan ibunya hidup sebatang kara. Hingga saat ini, belum diketahui dimana anak-anaknya sekarang tinggal.
Semua Fasilitas diberikan Gratis Termasuk Rehabilitasi

Sudah banyak penderita gangguan jiwa yang sembuh setelah menjalani rehabiitasi di Panti ODGJ Amal Khair Yasmin. Setelah pulih, mereka kembali ke keluarga dan menjalani kehidupan sepeti biasa.
“Setelah menjalani terapi dan sembuh, mereka tidak diminta bayaran. Semuanya diberikan gratis. Mulai dari fasilitas asrama, makan-minum, obat-obatan, advokasi kesehatan, kebutuhan sehari-hari dan masih banyak lagi,” ungkat Ustadz Ruslan.
Apalagi yang tinggal di panti memang berasal dari masyarakat miskin. Seandainya saja fasilitas-fasilitas tersebut kita charge ke keluarga atau kerabatnya bisa dipastikan mereka tidak mampu bayar.
Maka sudah tepat jika Panti Amal Khair Yasmin ini memberikan layanan gratis supaya ODGJ yang hidup di jalanan atau yang telantar bisa mendapatkan akses kepada pengobatan yang tepat.
Kalau Gratis, Lalu Pendanaannya dari mana?

Selama menjalani rehabilitasi di panti, para pasien mendapatkan makan tiga kali setiap harinya. Mereka juga tinggal dan tidur di kamar yang selalu terjaga kebersihannya.
“Selain itu, mereka juga mendapatkan obat-obatan medis untuk gangguan jiwa. Obat ini harus diminum secara rutin,” tutur Ustadz Ruslan.
Semua fasilitas di atas diberikan cuma-cuma kepada penghuni Panti ODGJ Amal Khair Yasmin. Bahkan untuk ODGJ yang datang tidak membawa apa-apa selain baju yang melekat, semua kebutuhannya akan dipenuhi.
Menurut Sulistiyo, Manajer Program Yayasan Amal Khair Yasmin, para penyintas gangguan jiwa yang menjalani rehabilitasi tidak diminta bayaran sedikitpun. Mereka mendapatkan fasilitas itu semua dengan gratis.
“Bahkan sampai mereka sembuh, kemudian kembali kepada keluarga. Lalu dapat pekerjaan lagi dan mendapat gaji yang cukup, kami tidak minta imbalan sedikitpun,” kata Sulistiyo.
“Malah kami bahagia jika para penyintas itu bisa kembali hidup normal. Memang itu tujuan kami, murni untuk kemanusiaan, agar mereka kembali hidup bahagia bersama keluarga” imbuhnya.
Yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah, kalau ini semua gratis, lalu dari mana sumber pendanaannya?
“Sumber dananya dari masyarakat. Kami menghimpun dana sukarela dari donatur. Nominalnya bervariasi. Meskipun belum banyak, tapi alhamdulilah, sejauh ini masih bisa mencukupi operasional panti tiap bulannya,” jelasnya.
Kendati demikian, untuk meningkatkan kualitas layanan dan mengembangkan fungsi panti dibutuhkan peran serta masyarakat lebih luas lagi. Panti masih membutuhkan alat-alat pertanian: traktor, alat semprot, dan modal pertanian untuk kegiatan kemandirian pangan.

Tantangan kedepanya juga makin berat, lantaran masih banyak ODGJ yang mengalami kekerasan dan diskriminasi. Dukungan donatur dan semua pihak akan menyelesaikan berbagai tantangan tersebut.
Mohamad Badruz Zaman (Kontributor)